Liputan6com, Jakarta Peringatan Hari ASI Sedunia, tepatnya Pekan Menyusui Sedunia (World Breastfeeding Week) yang jatuh setiap 1 - 7 Agustus mengingatkan, pentingnya menyusui untuk anak.Menyusui dapat mencegah anak kekurangan gizi (malnutrisi), termasuk wasting-- kondisi ketika seorang anak memiliki berat badan rendah sehubungan dengan tinggi badannya. fx. wikan indrarto* Hari Orang Sakit Sedunia World Day of the Sick ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema Hari Orang Sakit Sedunia tahun 2018 ini adalah kata yang diucapkan Yesus dari atas salib kepada Maria, IbuNya, dan Yohanes; “Ibu, inilah anakmu. Inilah ibumu. Dan sejak saat itu, murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Yoh 19;26-27. Kata-kata Yesus itu dengan terang benderang menerangi misteri Salib, yang tidak menghadirkan keputusasaan, namun justru menunjukkan kemuliaan dan kasihNya sampai akhir. Ketiga subtema yang terus-menerus didengungkan pada Hari Orang Sakit Sedunia adalah pertama, mengingatkan semua orang beriman, untuk berdoa secara khusuk bagi mereka yang sedang sakit. Kedua, mengundang semua orang beriman untuk merefleksikan sakit dan penderitaan manusia, dan ketiga, penghargaan bagi semua petugas kesehatan. Melayani saudara kita yang sedang sakit, seharusnya diawali dengan kemurnian hati sampai kita mampu bersikap seperti Ayub “Saya mata untuk orang buta, dan kaki bagi orang lumpuh” Ayub 2915, kepada sesama yang sakit. Pelayanan kita tidaklah harus dilakukan dengan menjadi petugas kesehatan bagi para pasien. Sebenarnya kita dapat sekedar dekat dengan orang sakit, terutama yang membutuhkan perawatan lama, membantu dalam memandikan, berpakaian, mencucikan dan menyuapkan makanan. Layanan sederhana seperti ini, terutama bila dilakukan berkepanjangan, pastilah dapat menjadi sangat melelahkan dan memberatkan. Meskipun tidak ada yang menginginkannya, namun setiap manusia akan mungkin mengalami sakit, penderitaan dan bahkan dapat berlanjut dengan kematian. Sakit yang ringan sekalipun, sebaiknya digunakan sebagai sebuah momentum penting untuk mensyukuri sehat. Kita diingatkan untuk bersandar pada Tuhan, menyadari pentingnya iman bagi mereka yang sakit dan berbeban berat, untuk datang pada Tuhan. Dalam pertemuannya dengan Tuhan melalui caranya masing-masing, mereka yang sakit akan menyadari bahwa dirinya tidak sendirian. Bagi kita semua yang sehat, memberikan pendampingan, penghiburan dan perhatian untuk mereka yang sakit, sangatlah berarti. Selain itu, kita disadarkan akan pergerakan roda kehidupan. Pada saat sehat, kita seharusnya meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dana untuk membantu mereka yang sakit. Pada saat yang lain, sangat mungkin kita sendiri justru menjadi orang yang sakit dan memerlukan hal yang sama dari semua orang di sekitar kita, sebagaimana pergerakan dan putaran roda kehidupan. Pada era JKN Jaminan Kesehatan Nasional yang sekarang berlaku di Indonesia, kendali mutu dan kendali biaya untuk pasien yang sakit akan terus diwujudkan. Hal ini karena kebebasan profesi dokter semakin direduksi, kompleksitas masalah medis pasien semakin diabaikan, dan mutu layanan medik yang dilakukan semakin disetarakan. Untuk itu, terhadap pasien dengan sakit berat dan berbiaya mahal, para dokter pasti akan sampai pada sebuah titik terjadinya dilema medis. Pada titik itulah diperlukan perubahan dari pengobatan menjadi perawatan Advance Cures and Transform Care. Para dokter wajib membedakan sifat tindakan medis yang akan diambilnya, menjadi Ordinary’ atau Extraordinary’. Disebut ordinary kalau memenuhi 6 syarat, yaitu 3 aspek medis dan 3 aspek moral. Syarat aspek medis adalah teruji secara imiah, terbukti berhasil secara statistik, dan tersedia secara rasional. Sedangkan aspek moral adalah menguntungkan, bermanfaat, dan tidak menjadi beban finansial bagi pasien, keluarga maupun RS. Penilaian sifat tindakan medis tersebut adalah hic et nunc’, yaitu sekarang dan di RS ini. Apabila salah satu saja dari 6 syarat tersebut tidak tepenuhi, maka tindakan medis tersebut termasuk Extraordinary’, sehingga secara etika tidak wajib dilakukan oleh dokter. Ketentuan etika tersebut diperlukan untuk menghindari 3 hal, yaitu agresive medicine’ tindakan berlebihan, futile medicine’ intervensi sia-sia, dan rasa bersalah yang tidak perlu, baik bagi dokter, para petugas RS lainnya, pasien maupun keluarganya. Selain itu, perburukan kondisi medis, bahkan kematian pasien tidak boleh dianggap sebagai kegagalan dokter, asalkan kewajiban dokter sudah dilaksanakan. Momentum Hari Orang Sakit Sedunia World Day of the Sick Minggu, 11 Februari 2018, mengingatkan kita agar memiliki kebijaksanaan hati bagi para orang sakit. Selain itu, saat terjadi sakit juga tidak perlu putus asa, karena adanya kemuliaan dan kasih Tuhan sampai pada akhir kehidupan. Sudahkah kita menemani orang sakit di sekitar kita? sekian Yogyakarta, 6 Februari 2018 * Ketua IDI Cabang Kota Yogyakarta, dokter spesialis anak, Lektor di UKDW Yogyakarta, Alumnus S3 UGM, WA 081227280161 PesanBapa Suci Fransiskus untuk Hari Orang Sakit Sedunia ke-27 2019. February 11, 2019. BACAAN HARI INI: Kalender bulan ini: Post Terkini. PENGUMUMAN PAROKI TANGGAL 15 DESEMBER 2019; PENGUMUMAN PAROKI TANGGAL 1 DESEMBER 2019; PENGUMUMAN PAROKI TANGGAL 10 NOVEMBER 2019; PENGUMUMAN PAROKI TANGGAL 7 OKTOBER 2019; Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Hari Laut Sedunia, yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 8 Juni, adalah sebuah peringatan global yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perlindungan dan konservasi lautan di seluruh dunia. Lautan adalah aset berharga bagi kehidupan di Bumi, memberikan sumber daya alam, mengatur iklim, dan menyediakan habitat bagi berbagai kehidupan laut. Namun, lautan kita saat ini menghadapi tantangan serius, seperti polusi, perubahan iklim, overfishing, dan kerusakan ekosistem. Dalam artikel ini, kami akan menjelajahi signifikansi Hari Laut Sedunia dan pentingnya mempromosikan upaya konservasi dan perlindungan lautan. Peran Lautan dalam Kehidupan KitaLautan menutupi lebih dari 70% permukaan Bumi dan menyediakan sekitar 97% dari seluruh air di planet ini. Mereka berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim global, mengatur suhu, dan menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis fitoplankton. Selain itu, lautan juga menyimpan sejumlah besar karbon, membantu memperlambat perubahan dampaknya pada iklim, lautan juga merupakan sumber daya yang kaya dan beragam. Mereka menyediakan makanan bagi miliaran orang di seluruh dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi komunitas pesisir yang bergantung pada kegiatan perikanan. Lautan juga menyediakan bahan baku untuk industri seperti farmasi, energi, dan yang Dihadapi Lautan Meskipun pentingnya lautan bagi kehidupan kita, mereka saat ini menghadapi ancaman yang serius. Salah satu ancaman terbesar adalah polusi laut. Setiap tahun, jutaan ton sampah plastik dan limbah industri dibuang ke lautan, mengancam kehidupan laut dan mengganggu ekosistem. Plastik yang tidak terurai memicu masalah yang sangat serius, seperti pembentukan "pulau plastik" besar di tengah Samudra Pasifik dan kerusakan terhadap kehidupan laut yang memakan atau terperangkap oleh plastik. Perubahan iklim juga memiliki dampak besar pada lautan. Peningkatan suhu air laut, peningkatan asam laut, dan peningkatan tingkat karbon dioksida mengganggu ekosistem laut, menghancurkan terumbu karang, dan mengancam kelangsungan hidup spesies laut yang rentan. 1 2 3 Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya Puncakperingatan Hari AIDS Sedunia tahun 2018 diselenggarakan di Lapas Narkotika Kelas IIA Cipinang Jakarta, pada Senin siang (17/12). Pemilihan Lapas Narkotika Kelas II A Cipinang sebagai lokasi acara puncak HAS 2018 dijelaskan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M(K) karena Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan adalah kelompok non populasi MISA HARI ORANG SAKIT SEDUNIA 2018RS St. CAROLUS BORROMEUS KUPANG, NTTKupang, 11 Februari 2018— Bunda Gereja “Ibu, inilah, anakmu… Inilah, ibumu. Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya”. Itulah tema Hari Orang Sakit Sedunia ke 26 tahun 2018. Tema ini merupakan pesan Bapa Suci Paus Fransiskus untuk Hari Orang Sakit Sedunia HOSD ke 26 yang ditetapkan dari kata-kata yang diucapkan Yesus dari atas salib kepada Maria, Ibu-Nya, dan Yohanes. Kata-kata Tuhan itu dengan terang benderang menerangi misteri Salib, yang tidak menghadirkan tragedi keputusasaan, namun lebih tepatnya menunjukkan kemuliaan-Nya dan kasih-Nya sampai akhir. Kasih itu menjadi dasar dan kaidah bagi komunitas Kristiani dan hidup dari setiap murid HOSD di RS. Carolus Borromeus KupangPada hari Minggu 11 Februari 2018, RS St. Carolus Borromeus memperingati Hari Orang Sakit Sedunia yang secara rutin diperingati setiap tahunnya dengan mengadakan Misa Ekaristi dan pembagian bunga kepada orang sakit sebagai wujud empati dan kepedulian terhadap mereka yang menderita dan berkesesakan hidup. Misa pada HOSD ke-26 ini secara spesial dipimpin oleh Bapa Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, dan dihadiri oleh pasien serta karyawan RS St. Carolus Borromeus, juga umat Paroki-Paroki sekitar. Diperkirakan sebanyak lebih kurang 250 orang menghadiri misa peringatan HOSD yang diadakan di lobby depan RS St. Carolus Borromeus pada sore hari homilinya, Bapa Uskup menyampaikan peran rumah sakit Katolik yang memiliki fungsi sosial dan bukan sebagai rumah sakit yang berorientasi dalam pencarian keuntungan semata. Pelayanan tulus terhadap orang-orang sakit, terlebih yang menderita dan berkesesakan hidup harus menjadi inti daripada keberadaan rumah sakit Katolik. Hal ini memang secara nyata membedakan rumah sakit Katolik dari rumah sakit-rumah sakit lainnya, dimana pelayanan yang bersumber pada cinta kasih memiliki ketulusan dan warna pelayanan yang peduli terhadap sesama, dan hal ini senantiasa berusaha dihidupi dan diwujudkan oleh RS St. Carolus Herly Direktur RS. Carolus, Kupang memberi bunga kepada pasien anakSalah satu yang menjadi tradisi RS St. Carolus Borromeus dalam peringatan HOSD ini adalah pembagian bunga. Pembagian bunga dilakukan oleh para Konselebran dan oleh Direktur RS St. Carolus Borromeus kepada pasien-pasien, baik pasien yang berobat jalan maupun pasien di bagian rawat inap. Tampak wajah para pasien yang berubah menjadi gembira setelah menerima bunga, sehingga diharapkan pembagian bunga dapat membantu meringankan penderitaan psikis pasien yang sedang Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang berjabat tangan dengan pasienEduardus 54, salah seorang pasien yang dirawat di Ruang Rawat Inap RS St. Carolus Borromeus karena penyakit lambung, mengaku sangat gembira dan tidak menduga dapat berjabat tangan dan menerima Hosti langsung dari Bapa Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang. Momen langka ini terjadi ketika Bapa Uskup yang memimpin perayaan Misa Ekaristi membagikan Hosti kepada pasien-pasien yang terbaring di ranjang ataupun di kursi roda sehingga mengalami keterbatasan fisik untuk berjalan menerima Tubuh Kristus ke depan Altar. Eduardus pun sempat berjabat tangan dan mendapat berkat dari Bapa Uskup seusai Misa HOSD. “Saya merindukan bersalaman langsung dengan Bapa Uskup. Sudah 54 tahun saya hidup, tapi hal ini baru dapat terwujud hari ini”, ujarnya sembari tersenyum HOSD ini ditutup dengan kunjungan Bapa Uskup dan para Konselebran serta Suster-Suster Cinta Kasih Carolus Borromeus kepada para pasien yang menderita terbaring sakit dalam perawatan di RS St. Carolus Surat yang berisi pesan untuk Hari Orang Sakit Sedunia ke-26 tahun 2018 ini, Bapa Suci Paus Fransiskus mengatakan “Semoga Perawan Maria menjadi pengantara untuk Hari Orang Sakit Sedunia ke-26. Semoga ia membantu orang-orang sakit untuk menyatukan penderitaan mereka dengan penderitaan Tuhan Yesus. Dan, semoga ia mendukung mereka semua yang merawat orang sakit. Kepada semua orang sakit, pelayan kesehatan dan relawan, saya memberikan berkat Apostolik saya”. [/ERC] HariOrang Sakit Sedunia. Hari Orang Sakit Sedunia ( World Day of the Sick) ditetapkan oleh Sri Paus Yohanes Paulus II dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Tema peringatan tahun 2022 : Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Luk. 6:36). Bunda Gereja “Ibu, inilah, anakmu… Inilah, ibumu. Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Yoh 1926-27 Saudari-saudara terkasih, Pelayanan Gereja untuk orang sakit dan mereka yang merawatnya harus terus berjalan dengan daya semangat yang senantiasa dibarui, dalam kesetiaan pada amanat Tuhan bdk. Luk 92-6; Mat 101-8; Mrk 67-13 dan mengikuti teladan Yesus, Pendiri dan Gurunya. Tema Hari Orang Sakit Sedunia tahun ini ditetapkan dari kata-kata yang diucapkan Yesus dari atas salib kepada Maria, Ibu-Nya, dan Yohanes “Ibu, inilah anakmu… Inilah ibumu. Dan sejak saat itu, murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” Yoh 1926-27. Kata-kata Tuhan itu dengan terang benderang menerangi misteri Salib, yang tidak menghadirkan tragedi keputusasaan, namun lebih tepatnya menunjukkan kemuliaan-Nya dan kasih-Nya sampai akhir. Kasih itu menjadi dasar dan kaidah bagi komunitas Kristiani dan hidup dari setiap murid Kristus. Sebelum semua yang lain, kata-kata Yesus adalah sumber panggilan keibuan Maria bagi seluruh umat manusia. Khususnya, Maria telah menjadi Ibu dari murid-murid Puteranya, yang menjaga mereka dan perjalanan mereka sepanjang hidup. Seperti kita ketahui, perhatian ibu bagi anak-anaknya mencakup dimensi material dan spiritual. Penderitaan salib yang tak terperikan menembus jiwa Maria bdk. Luk 235, tetapi tidak melumpuhkannya. Sungguh sebaliknya. Sebagai Ibu Tuhan, suatu langkah baru pemberian diri terbuka di hadapannya. Di atas Salib, Yesus memperlihatkan perhatian-Nya bagi Gereja dan seluruh umat manusia, dan Maria dipanggil untuk berbagi perhatian yang sama. Dalam melukiskan pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Kisah Para Rasul memperlihatkan bahwa Maria mulai melaksanakan perannya pada komunitas Gereja Perdana. Peran yang tidak pernah terhenti. Yohanes, murid yang dikasihi, adalah gambaran Gereja, umat mesianis. Dia harus mengakui Maria sebagai Ibunya. Untuk melaksanakannya, ia menerima Maria di dalam rumahnya, untuk menemukan model kemuridan di dalam diri Maria, dan untuk merenungkan panggilan keibuan yang telah Yesus percayakan kepadanya, dengan seluruh tanggung jawabnya seorang Ibu penuh kasih yang melahirkan anak-anak yang cakap mencintai seperti amanat Yesus. Itulah mengapa panggilan keibuan Maria merawat anak-anaknya dipercayakan kepada Yohanes dan Gereja secara menyeluruh. Seluruh komunitas para murid termasuk di dalam panggilan keibuan Maria. Yohanes, sebagai murid yang berbagi segala hal dengan Yesus, tahu bahwa Sang Guru ingin membawa semua orang ke dalam perjumpaan dengan Sang Bapa. Ia dapat memberikan kesaksian akan kebenaran bahwa Yesus menjumpai banyak orang menderita sakit spiritual yang disebabkan oleh kesombongan bdk. Yoh 831-39 dan sakit fisik bdk. Yoh 56. Ia melimpahkan belas kasih dan pengampunan kepada semua orang, dan menyembuhkan yang sakit sebagai tanda hidup Kerajaan Allah yang berlimpah-limpah, di mana setiap tetes air mata akan diusap. Seperti Maria, para murid dipanggil untuk saling memperhatikan, tetapi tidak hanya itu. Mereka tahu bahwa hati Yesus terbuka bagi semua orang dan tidak ada seorang pun yang dikecualikan. Injil Kerajaan Allah harus diwartakan kepada semua orang, dan cinta kasih orang-orang Kristiani harus ditujukan kepada semua orang, karena mereka adalah pribadi-pribadi, anak-anak Allah. Panggilan keibuan Gereja kepada mereka yang berkekurangan dan orang sakit telah menemukan ungkapannya yang nyata di sepanjang sejarahnya 2000 tahun dalam rangkaian prakarsa-prakarsa yang menakjubkan atas nama orang sakit. Sejarah pengabdian ini janganlah dilupakan. Prakarsa itu harus terus dilanjutkan sampai saat ini di seluruh dunia. Di negara-negara di mana sistem-sistem pemeliharaan kesehatan publik memadai, karya kongregasi-kongregasi religius Katolik dan keuskupan-keuskupan serta rumah sakit – rumah sakitnya diarahkan tidak hanya pada penyediaan kualitas perawatan medis, tetapi juga pada memperlakukan pribadi-pribadi manusia pada pusat proses penyembuhan, sambil melakukan penelitian ilmiah dengan penuh hormat bagi kehidupan dan nilai-nilai moral Kristiani. Di negara-negara di mana sistem-sistem pemeliharaan kesehatan belum cukup memadai atau bahkan belum ada, Gereja berusaha melakukan apa yang ia dapat kerjakan untuk meningkatkan kesehatan, mengatasi kematian bayi, dan memberantas mewabahnya suatu penyakit. Di mana-mana Gereja berusaha menyediakan perawatan, bahkan ketika Gereja tidak berada pada posisi memberikan kesembuhan. Gambaran Gereja sebagai sebuah “bidang rumah sakit” yang menyambut semua orang yang terluka adalah suatu realitas yang sangat nyata, karena di beberapa bagian dunia, rumah sakit – rumah sakit misi dan keuskupan adalah satu-satunya lembaga yang menyediakan perawatan penting bagi masyarakat. Kenangan akan sejarah panjang pelayanan pada orang-orang sakitmenjadi alasan bagi komunitas Kristiani untuk bersukacita, khususnya mereka yang saat ini terlibat di dalam pelayanan kesehatan ini. Namun, di atas semuanya itu, kita mesti membiarkan masa lalu itu untuk memperkaya kita. Kita seharusnya belajar dari sejarah yang mengajarkan pada kita tentang kemurahan hati, pengorbanan diri dari banyak pendiri lembaga-lembaga pelayanan orang sakit, kreativitasnya, banyaknya prakarsa yang dijalankan selama berabad-abad, dan komitmen pada penelitian ilmiah sebagai sarana menawarkan inovasi dan pengobatan bagi orang sakit yang dapat diandalkan. Warisan masa lalu ini membantu kita untuk membangun masa depan yang lebih baik, sebagai contoh, dengan melindungi rumah sakit – rumah sakit Katolik dari mentalitas bisnis yang sedang berusaha mengubah pelayanan kesehatan menjadi bisnis yang menguntungkan, yang ujung-ujungnya mengabaikan orang miskin. Organisasi yang bijaksana dan berbelas kasih menuntut bahwa orang sakit dihormati martabatnya, dan terus menerus dipandang sebagai titik pusat pada proses pengobatan. Hal inilah yang seharusnya menjadi pendekatan orang-orang Kristiani yang bekerja di dalam struktur-struktur masyarakat; melalui pelayanan mereka, mereka dipanggil memberikan kesaksian Injil yang meyakinkan. Yesus memberikan kuasa penyembuhan-Nya kepada Gereja “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya… mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang sakit itu akan sembuh” Mrk 1617-18. Di dalam Kisah Para Rasul, kita membaca kisah penyembuhan yang dilakukan oleh Petrus bdk. Kis 34-8 dan Paulus bdk. Kis 148-11. Misi Gereja adalah suatu tanggapan terhadap karunia Yesus tersebut, karena Gereja tahu bahwa ia harus membawa orang sakit ke hadapan Allah, dengan penuh kelemahlembutan dan belas kasih. Pelayanan kesehatan akan selalu menjadi tugas yang penting dan fundamental, yang harus dijalankan dengan entusiasme yang selalu dibarui, dari paroki-paroki sampai lembaga-lembaga kesehatan yang paling besar. Kita tidak dapat melupakan cinta kasih yang lembut dan kesetiaan keluarga-keluarga dalam menjaga orang sakit kronis atau anak-anak berkebutuhan khusus, serta orang tua dan sanak saudara mereka. Kepedulian yang diberikan dalam keluarga merupakan kesaksian kasih yang luar biasa bagi pribadi manusia; hal ini perlu diakui dengan sepantasnya dan didukung oleh kebijakan-kebijakan yang sesuai. Para dokter dan perawat, imam, biarawan-biarawati, relawan, keluarga dan mereka semua yang merawat orang sakit, ambil bagian dalam misi gereja ini. Misi tersebut merupakan pembagian tanggung jawab yang memperkaya nilai pelayanan yang kita berikan setiap hari. Kepada Maria, Bunda yang penuh kelembutan cinta, kita percayakan semua orang yang menderita sakit jiwa raga, semoga Bunda Maria menopang mereka dalam pengharapan. Kita memohon padanya juga untuk membantu kita menerima saudara-saudari kita yang sakit. Gereja tahu bahwa ia memerlukan rahmat khusus untuk menghidupi tugas Injili melayani orang-orang sakit. Semoga doa-doa kita kepada Maria Bunda Allah menyatukan permohonan yang tiada henti, di mana setiap anggota Gereja dapat hidup dengan penuh cinta pada panggilan untuk melayani kehidupan dan kesehatan. Semoga Perawan Maria menjadi pengantara untuk Hari Orang Sakit Sedunia ke-26. Semoga ia membantu orang-orang sakit untuk menyatukan penderitaan mereka dengan penderitaan Tuhan Yesus. Dan, semoga ia mendukung mereka semua yang merawat orang sakit. Kepada semua orang sakit, pelayan kesehatan dan relawan, saya memberikan berkat Apostolik saya. Dari Vatikan, 26 November 2017 Pada Hari Raya Kristus Tuhan kita, Raja Semesta Alam FRANCIS 2020- Hari Orang Sakit Sedunia Ke-28. 2019 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-27. 2018 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-26. 2017 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-25. 2016 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-24. 2015 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-23. 2014 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-22. 2013 - Hari Orang Sakit Sedunia Ke-21.
HARIORANG SAKIT SEDUNIA KE-26 (2018) February 08, 2018 Posted By MBSB Selasa, 13 Februari 2018 pkl. 10.00 Perayaan Ekaristi Hari Orang Sakit Sedunia. Bagi umat yang sakit dan menggunakan kursi roda atau ranjang, dimohon untuk mendaftarkan diri melalui sekretariat paroki untuk pengaturan tempat.
14q2. 436 407 261 381 34 317 395 177 499

hari orang sakit sedunia 2018